Inte Ngan Asu Ako
Sinopsis
Di Bantang Sadinik, sebuah pemukiman di tepi pantai, suasana mencekam menyelimuti setelah wabah penyakit mengakibatkan kematian hampir seluruh penghuninya. Hanya ada seorang gadis kecil bernama Inte’ yang tersisa, meratapi kehilangan keluarganya—ibu, ayah, dan adik-adiknya—yang telah berpulang ke alam subayotn. Dalam kesedihannya, ibunya berpesan agar Inte’ meninggalkan bantang tersebut demi keselamatannya sebelum matahari terbit.
Judul Cerita | Inte Ngan Asu Ako |
Penulis | - |
Ilustrator | - |
Penerbit | - |
Tahun Terbit | - |
Bahasa | - |
Umur Pembaca | - |
Inte Ngan Asu Ako
Gik baharek (konon dahulu kala) ada sebuah bantang tidak jauh dari pesisir pantai bernama Bantang Sadinik. Suatu hari, suasana di bantang itu lengang. Tubuh-tubuh momo terbujur kaku dan tak terurus. Menurut kisah urokng bahare' (orang jaman dulu), momo merupakan tubuh yang sudah meninggal atau rohnya sudah tidak bersemayam di dalam raganya. Di sebuah sudut bilik bantang itu, tampak seorang gadis kecil menangis terisak pilu. Di sampingnya, terbaring seorang wanita yang tak Iain adalah inti’ e (ibunya). Tubuhnya lemah, kurus, dengan wajah yang sangat pucat. Disamping inu 'e, terbujur seorang pria dan dua balita yang tak lain adalah bapo '(ayah) dan adi'e (adiknya). Ketiganya sudah meninggal dunia, mereka mengembuskan nafas terakhir dua hari yang lalu. Mereka pergi ke alam subayotn (alam orang mati), menyusul para penghuni bantang Iain yang telah mendahului. Inle' terus-menerus tersedu di samping ibunya yang kini mulai sulit berbicara. "Mak, ganeeh samuh boh. Aku ngaguok tatamo ka doop utot sak nyamuhotok kitok. ‘Inte’ terisak sambil terus menguatkan ibunya. (lbu Iekas sembuh, aku akan mencari obat ke hutan untuk menyembuhkan ibu. Bertahanlah ibu) Butiran bening dan hangat terus membanjiri pipinya yang mungil. Batinnya berkecamuk. Nalarnya belum bisa menerjemahkan dan memahami peristiwa yang menimpa penghuni bantang belakangan ini. "Inte', ampuslah dai bantang anyian sanapek kau tasarang awo pamo nang nabanan panyakit anyian nang napek ando tatamoe. " suara sang ibu terdengar terbata-bata. (Inte', pergilah dari bantang ini sebelum kamu terserang roh pembawa penyakit pes, Wabah penyakit ini belum ada obatnya) "Mamak pasli samuh" Inte' berusaha meyakinkan dan menguatkan sang ibu. (Ibu pasti sembuh) "Sttt, ame anok nangar kalo, mamak nang labih nang nahuik samue e. " Jawab sang ibu lirih. (Sttt, jangan membantah anakku, ibu lebih tau apa yang terjadi) "Aku arus ampus kamae mak? " Inte ' merasa bingung. (Kemana aku harus pergi ibu) Kemudian sang ibu berusaha berbisik scmakin lirih namun masih jelas terdengar ditelinga Inte', “lnte….. Kau kamudok nang baik ngan pamarani, tantulah jubato marakatik kau. Ampuslah, tingoot bantang anyian sa napek matoari tarabit. Tunaan ririsot bukit-bukit naun. Nano kau namuok kaluarga barahu i-naun. Dangar boh nasehat umak. Mamak baik, panunggu bantang anyan porok ” Ucap sang ibu lalu menghembuskan nafasnya yang terakhir. (Inte’.... kamu anak baik dan berani pasti selalu dalam lindungan Jubato, Oleh karena itu pergilah, tinggalkan bantang ini sebelum matahari terbit. Ikuti barisan bukit-bukit, nanti kamu akan menemukan keluarga baru disana. Turutilah nasehat ibu. lbu tidak ingin penghuni bantang kita habis) Inte' tersedu, diambilnya beberapa helai pakaian yang terbuat dari kulit kayu. Pakaian-pakaian itu mulai usang. Perlahan-lahan ditutupinya tubuh kedua orang tuanya dan kedua adiknya. la menuju ke bilik-bilik Iain dan melakukan hal serupa kepada seluruh penghuni bantang Iain. Tiba-tiba terdengar suara hiruk pikuk silih berganti tanpa berwujud, “Ampus gi!!, Ampus!! Ganceh ampus!” Mungkin itu suara roh-roh leluhur dan orang-orang yang sudah lebih dulu menuju alam subayotn. (Pergilah!! Pergilah!! Pergi cepaaaaatt!) 'Auk aku pane ganceh ampus". la memohon perlindungan kcpada Jibato dan penghormatan terakhir kepada keluarga serta seluruh penghuni batang. Dengan rada sedih yang mendalam. Ia menuruni tangga keluar dari batang. Kini. Penghuni bantang itu abo’ (habis) Inte’ pun menjauhi bantang itu sesuai amana ibunya dan perintah awo pamo. Setelah kepergiannya, bantang itu pun telah menjadi timawok abo’ (bekas lokasi pemukiman yang penghuninya musnah semua). la berjalan menyusuri rimba dari barisan melanjutkan perjalanannya yang satu ke butit lainnya. Tak seorang pun yang ia jumpai. Inte’ terus melanjutkan perjalannya yang panjang, sesekali ia singkah di bawah air terjun untuk melepas dahaga dan menikmati dedaunan serta buah buahan hutan. "Krakkk, kraakkkk, " terdengar suara menghentikan langkahnya. "Wusss," seekor burung tampak hinggap di bawah pohon tidak jauh dari Inte. ' Bulu-bulu burung itu Sangat panjang, terutama pada bagian ekornya, seperti ukuran yang sangat indah. Dulu inu' ngan bapo '(ibu dan ayah) pernah bercerita tentang seekor burung yang digambarkan dengan ciri-ciri seperti yang ada dihadapannya. Mereka menyebutnya Rue (sejenis burung yang hidup di atas tanah). Rue itu masih berada tidak jauh dihadapan Inte’, ekornya bergerak bagai tarian, sungguh sangat indah. Naluri kekanakannya, membuat Inle' ingin mendekati Rue itu. Sesaat, ia lupa dengan segala letih dan duka yang dialami. la berlari tanpa menoleh kekanan dan ke kiri demi menyongsong Rue. Tapi nahas, ia tidak melihat jurang yang ada didepannya. Kaki kirinya terperosok di sisi jurang, sehingga tidak mampu untuk menahan keseimbangan tubuhnya. "Aaaaaa!"terdengar suara Inte’ menggema di setiap sisi jurang hingga belantara. Penghuni udas (hutan rimba) seolah mengetahui peristiwa yang menimpa anak manusia itu. "Sraakkkk, " tubuhnya tersangkut pada dahan sebuah pohon raksasa yang berada di lereng jurang. la melihat ke bawah, ternyata ia belum sampai kedasar jurang yang sangat dalam itu. Inte' berusaha naik keatas, tapi sulit baginya. la pun merasa lelah dan terjebak di sana. Suara kampio (monyet pagi) mengakhiri keheningan kehidupan malam dihutan rimba. Surya pagi membelai halus pucuk-pucuk daun rimba yang tinggi. Tak terasa berhari-hari Inle' terjebak di dahan pohon di lereng jurang itu. Sesekali ia melihat ular berukuran sangat besar dan panjang melintas didasar jurang, tak ada rasa takut dalam hatinya, karena selama ini sudah terbiasa menyatu dengan alam. Sejak ia lahir, kedua orang tuanya telah mengajarkan bahwa ia harus menyerahkan jiwa raganya kepada Jubato. Anak-anak monyet pun kadang datang mendekatinya untuk memberikan buah-buahan hutan. la bersyukur kepada Jubato, hingga saat ini dirinya masih selamat. "Rupae panunggu utot anyian baik, mukinlah anak untek angko ngiro aku sabanso ba nyoo pas aku gik enek, padahal aku banso taino. ”gumam Inte. (Ternyata pcnghuni hutan ini bersahabat, mungkinkah anak untuk itu mengira aku sebangsa dengan mereka karena aku masih kecil, padahal aku bangsa taino (manusia). Inte' berdoa memohon pertolongan kepada Jubato. Hingga ia lelah dan terlelap sambil memeluk erat dahan iłu. Dałam lelapnya, samar-samar ia seperti mendengar suara inu ' baponya berbicara. Inte’ asu ako nanok atok nu 'k kau, sabar boh,” (Inte', seekor anjing besarkan datang menolongmu. Sabarlah anakku) Suara iłu menghilang ditelan suara angin rimba. Tiba-tiba terdengar suara binatang. “Grrrrrr, ko.... ko…, ko… "Inte' terkejut dan terbangun, la memandang ke atas, tampak hewan berbulu hitam, "Ko, ko, ko. biso gek kau nolong aku? "Inte' berusaha berkomunikasi dengan suara yang serupa. (Ko…, ko… ko… bisaka kamu menolongku) “Huuuuu, ia menyeru sekali lagi berharap binatang itu dapat menolongnya. “Ko…, ko..., ko..., grrrrr." Tiba-tiba hewan itu lari dan menghilang dari pandangannya. Inte' merasa sedih. Inte' terus berdoa dan memohon kepada Jubato berharap agar hewan itu kembali dan membawa orang untuk menolongnya. "ko..., ko..., ko…,” terdengar kembali suara binatang itu. Binatang itu datang dengan membawa akar kayu di mulutnya. Srakkk, akar kayu itu jatuh tepat didepan Inte', kemudian ia meraihnya dan menariknya. Akar kayu tersebut cukup kokoh. Inte' berusaha naik keatas dengan hati-hati sambil bergelantungan mencari pijakan kanan kiri sambil berpegangan pada akar kayu. Inte ' berhasil naik ke atas, lalu ia memberanikan diri untuk menghampiri binatang yang sedari tadi menunggunya. Inte' membungkukkan tubuhnya. Sepertinya binatang itu cukup bersahabat. la mengucapkan terima kasih kepada binatang itu. Binatang yang kini ada dihadapannya mengingatkan kepada suara yang ia dengar ketika ia sedang terlelap."Terimakasih Astu' ako, maukah kamu menjadi sahabatku?" Kata Inte. Hewan itu mendekati Inte' dan mengelus-eluskan kepalanya dikaki Inte', la mengelus kepala hewan itu dengan penuh kasih sayang. “ko…, ko…, ko…,” Hewan itu berjalan ke arah timur, hilir mudik sambil mengibas-ngibaskan ekornya yang pendek, hanya seukuran jempol jari tangan orang dewasa. “Sepertinya Asu' ako mengajak Inte’ untuk mengikutinya. Inte' beranjak mengikuti hcwan itu. Sesuai dengan suaranya hewan itu ia panggil dengan nama Asu ako. Tidak ada bekas manusia yang menginjakkan kaki di hutan itu. Inte' dan Asu' ako memang berada di udas (hutan rimba). Mereka berjalan mengikuti anor (bekas jalan yang dilalui binatang). Sampailah mereka disebuah bantang, Inte' memberanikan diri mendekati bantang itu. Tampak anak-anak kecil seusianya sedang bermain. Mereka menatap Inte' dan hewan yang dibawanya. Semuanya terkejut dan takut. Asu' ako, asu' ako.” Semua anak kecil itu berteriak menyebut anjing yang bersama Inte (anjing besar, anjing besar). Kemudian mereka berhamburan menghentikan permainannya dan masuk ke bantang. Sepengetahuan mereka, dari cerita-cerita orang, anjing itu sangat liar. Mereka baru pertama kali melihat anjing sebesar itu. Inte' merasa tidak nyaman. Sepertinya kehadirannya mengganggu orang-orang di bantang itu. Inte' mengambil langkah seribu meninggalkan bantang itu. la bingung, ke mana ia harus mencari keluarga baru scsuai pcsan inu'nya. Tersebarlah diseluruh bantang bahwa telah datang seorang gadis kecil bersama seekor asu' ako (anjing besar). Timanguk pun merasa penasaran. Diutuslah beberapa orang yang memiliki bakunto (kemampuan bela diri), untuk mencarinya. Di tengah perjalanan, Utusan Timanguk mendengar suara "ko…, ko…, ko...„ grrrr.” Mereka mendengar suara asur’ ako. Suara anjing itulah yang memudahkan orang-orang utusan Timanguk untuk menemukan Inte'. "Ooo kamudok enek, jek puok tunaan kami. Timanguk kami maok batamuok, " Rombongan utusan Timanguk membujuk Inte ' untuk ikut bersama mereka (Gadis kecil, ikutlah bersama kami. Timanguk kami ingin bertemu." Inte ' tak punya pilihan Iain. Tapi ia bimbang dengan keberadaan Asu ' ako sahabat barunya. la pun mengajukan permohonan kepada para utusan Timanguk untuk mengikut sertakan Asu' ako. Mereka pun setuju. Kini mereka menuju ke bantang. Sesampainya di bantang, tampak sudah ramai orang menunggu kedatangan rombongan utusan Timanguk bersama Inle' dan asu' ako. Semua pandangan tertuju kepada Inle' dan asu ako. Timanguk mempersilahkan mereka masuk setelah mereka masuk, Timanguk pun mempuyai asal usul Inte’. Inte’mendangarkan semua pertanyaan yang menimpa keluarga dan seluruh penghuni batang ditempat asalnya Inte ' juga menceritakan semua amanah inu 'ya serta semua yang ia alami selama dalam perjalanan. Semua yang hadir di bantang itu mendengarkan cerita Inte’ dengan seksama. Semua yang hadir ditempat itu merasa terharu dan kagum, tak sadar mereka meneteskan air mata. mereka seakan tidak percaya, bagaimana mungkin seorang gadis kecil begitu tabah dan berani menghadapi bencana dan menempuh perjalanan yang sangat panjang untuk memenuhi amanah orang tuanya. "Kasih sidi nanang kau anyiam. Kau memang kamudok nang babakti. Kau anyiam i-milih jubato sak atok isio. Kami repo kau biso ngatok ngik kami ka bantang nian.” kata Timanguk. (Sungguh anak yang berbakti kamu nak, kasihan sekali kamu. Kamu adalalı anak pililıan yang diutus Jubato ke bantaııg ini, kami bangga padamu) Semua keluarga yang ada di bantang itu menginginkan Inte' untuk menjadi bagian dari keluarganya. Demi keadilan mereka pun bermusyawarah. Akhirnya, hasil musyawarah memutuskan bahwa Inte’ ikut pasangan suami istri yang belum dikarunai anak. Kini inte’ hidup bahagia bergama keluarga barunya, perangainya sangat terpuji, dan mencerminkan orang tua dan asal usulnya. la rajin dan cekatan meskipun masih kanak-kanak. Semua orang tua mengharapkan anak-anak mereka Yang perempuan berperangai seperti Inte’. Sejak kehadiran Inte' anjing-anjing hutan banyak yang datang ke bantang itu. Ada yang bertubuh kecil ada yang bertubuh besar. Mereka menjinakan satu persatu dan memeliharanya. Anjing-anjing itu sangat membantu mereka untuk menjaga bantang dan menemani mereka merambah hutan dan harta benda yang mereka miliki. Masyarakat suku dayak Salako Garantukng Sakawokng sangat menyayangi anjing, mereka selalu bersikap tulus dan ramah kepada siapapun. Hingga saat ini, mereka berprinsip "Asu' atok i-tarimo' ibare' makot, kamu' agi Taimo" (Anjing datang pun diterima dan diberi makan, apalagi manusia) SELESAI NILAI PENDIDIKAN KARAKTER Dari cerita yang berjudul Inte Ngan Asu' Ako, terdapat beberapa nilai pendidikan karakter yang dapat diajarkan dan digunakan dalam pembinaan dan pengembangan pendidikan karakter pada generasi muda saat ini. Nilai pendidikan karakter Yang terdapat pada cerita di atas adalah: syukur, menghormati sang pcncipta, kewaspadaan, cekatan, empati, rendah hati, mau berbagi, mandiri, kepedulian, ketaatan, saling menyayangi (kasih sayang), rnenghormati, bertanggung jawab, patuh, waspada, keberanian, kehati-hatian, keingintahuan, ulet/gigih, teliti, perhatian, kemanusiaan, inisiatif, suka bermusyawarah. PESAN MORAL Pesan moral dari cerita tersebut adalah: Manusia harus menghargai Sang Pencipta, dan mengandalkan-Nya dalam setiap berusaha. Manusia diajarkan untuk patuh, menghargai, menyayangi dan menaruh rasa homat kepada orangtua. Manusia harus mencari solusi terhadap masalah yang terjadi, baik secara pribadi maupun bermusyawarah, dan tidak mudah putus asa. Manusia harus berpegang teguh pada amanah dan kebenaran. Manusia harus menjaga adab, adat, marwah keluarga dan budaya bangsa. Manusia harus mengedepankan sikap kerjasama, musyawarah dan bergotong royong dalam kehidupan keluarga maupun bermasyarakat.
Video belum tersedia!
Komentar
Masukan dan saran sangat membantu untuk perkembangan website dan cerita kami.
Tambahkan Komentar
Komentar : 0