Ucik Karamat
Sinopsis
Di sebuah desa bernama Binuo, seorang nenek dan cucunya yang yatim piatu hidup bersama. Meski sudah tua, nenek tetap bekerja keras di ladang, ditemani cucunya. Setiap menjelang senja, seekor kucing hutan bernama Ucik Ulot muncul, membantu menjaga tanaman padi dari hama. Ucik Ulot menjadi sahabat dan hewan kesayangan mereka. Suatu hari, Ucik Ulot menghilang, dan nenek mencarinya hingga menemukan sekelompok pemuda yang tengah berpesta. Pemuda-pemuda itu menertawakan Ucik Ulot, dan nenek merasa sedih mendengar cemoohan mereka. Dalam keputusasaannya, nenek berdoa agar Ucik Ulot dilindungi. Tiba-tiba, badai muncul dan batu besar menggelinding, menimpa para pemuda hingga menghilangkan mereka tanpa suara. Nenek berdoa lagi agar mereka diampuni, dan membawa Ucik Ulot pulang. Setelah itu, nenek menceritakan kejadian tersebut kepada cucunya dan meyakini bahwa Ucik Ulot adalah kucing keramat. Mereka merawatnya dengan baik, dan sejak saat itu, masyarakat di sekitar Bukit Saboh dan Padagi pun menghormati dan menyayangi Ucik Ulot.
Judul Cerita | Ucik Karamat |
Penulis | - |
Ilustrator | - |
Penerbit | - |
Tahun Terbit | - |
Bahasa | - |
Umur Pembaca | - |
Ucik Karamat
Di sebuah Binuo, berbatasan antara bukit Padagi dan Saboh ada scbuah keluarga, Keluarga itu hanya terdiri dari seorang nenek dan seorang cucunya yang sudah menjadi yatim piatu sejak kecil. Meskipun tubuh sang nenek sudah renta, bukan alasan baginya untuk bermalas-malasan. Setiap hari sang nenek ditemani cucunya menyusuri jalan setapak menuju umo (ladang). Di tengah umo saat menjelang senja, selalu muncul seekor hewan liar. Hewan itu berekor panjang dan berbulu lebat. Bulunya indah menyerupai bulu macan. Mereka menyebutnya ucik ulot (kucing hutan). Ucik utot selalu muncul tiba-tiba dari atas pohon. Kadang seperti sengaja mengejutkan sang nenek dan seperti mengajaknya bercanda. Jarak antara bantang dan umo sangat jauh, hal itu terjadi karena hutan-hutan yang tidak jauh dari bantang sudah dibuka untuk ba-umo (berladang) oleh masyarakat lainnya, Oleh karena itu tidak ada pilihan buat sang nenek untuk membuka lahan di hutan yang belum bertuan, Sang nenek dan cucunya sering bermalam di umo agar tidak menyita waktu. Selama bermalam di umo sang nenek memperhatikan tingkah laku di licik utot, ternyata itu adalalı seekor kucing yang bersahabat. Ucik utot, itu selalu mengitari tanaman padi. Semua hewan pengerat batang padi motot (padi gunung) ditangkapnya. Demikian juga dengan binatang lain, seperti babi hutan dan scbagainya. Ekosistem di tenıpat itu sangat seimbang. Hingga tiba masa panen, ucik utot selalu setia membantu sang nenek menjaga tanaman padi dan menghalau hama perusak tanaman padi. Usai panen sang nenek kembali ke bantang, ucik ulot ternyata mengikuti mereka hingga bantang dan tinggal bersama mereka. Kini hewan liar itu menjadi hewan kesayangan mereka. Suatu hari ucik utot menghilang. Sang nenek mencari kesana kemari menyusuri tempat-tempat dan semak belukar. Sampailah sang nenek disuatu tempat, di mana sekelompok pemuda sedang berpesta rusa panggang. Terdengar sekelompok pemuda menyebut seekor kucing sambil terus tertawa. Tanang ucik kode, dah kunabakot ka doop aik.” (Lihatlah kucing itü sudalı kulempar ke dalanı air) "Aku gaik lo ngicok laok dirik ha.. ha.. ha.” (Aku takut dia mencuri daging kita ha.. ha.. ha). Para pemuda itu tidak menyadari bahwa pembicaraan mereka ada yang mendengar. Dug! jantung sang nenek berdegup lebih kencang. la khawatir tentang keberadaan hewan kesayangannya. Pandangan nenek mengitari sekeliling tempat itu. Samar-samar terdengar suara. "meong... meong...meong." la mencari sumber suara itu. Pandangannya tertuju kearah telaga. Betapa sedihnya sang nenek. la melihat hewan kesayangannya basah kuyup di dalam air sedang bersusah payah mencari pegangan untuk naik ke atas. Sang nenek berlari dan mengambil hewan kesayangannya. Dipeluknya hewan itu. Air matanya berlinang. la begitu sedih melihat hewan itu menggigil. "Meong," terdengar suaranya seperti minta perlindungan. Sekumpulan pemuda itu menyadari kehadiran sang nenek. Seketika tawa mereka terhenti. Namun kembali mereka bersuara. "Oo, Nek Ngameo ‘o’k nolong ucik kowo. Muang-muang ari ajók. Io kahe jukut nang anok baguno.” (Oo, Nek, Untuk apa nenek menolong kucing itu. Buang-buang waktu, Dia hanya sebuah barang yang tidak berguna), Kemudian pemuda lain menimpalinya, "Mukin angko ucik karamat nek, ha ha. " (mungkin itu kucing keramat nenek, ha… ha). “Mun angko ucik karamat ngameo io anok pane naik pas diri nabak nyo ‘o, ha… ha… ha.” (jika itu kucing keramat kenapa dia tidak bisa naik waktu kita melemparnya, ha.. ha.. ha). Hati sang nenek terasa teriris mendengar semua perkataan pemuda-pemuda itu. la diam seribu bahasa, "Biarlah Jubato yang nıengadili mereka.” Bisiknya. la berusaha menjauhi mereka. Selang waktu yang tidak lama tiba-tiba terdengar suara gemuruh angin dari atas bukit. Gludug, gludug, sraak, sraakk! beberapa bongkah batu raksasa seolah berkejar-kejaran menuju ke bawah. Sang nenek berusaha menghindar. la khawatir bongkahan batu-batu raksasa itü mengenainya. Sungguh ajaib batu itu terhenti disekitar pemuda-pemuda itu. Salah satu batu yang paling besar menimpa pemuda-pemuda itu. Tanpa terdengar teriakan dan suara sedikitpun. Pemuda-pemuda itü lenyap tertimpa bongkahan batu raksasa itu. Alam kembali tenang. Seolah tak pernah terjadi apa-apa. Sang nenck berjalan ke arah bongkahan batu itu dengan hati-hati. Sungguh aneh dan sungguh ajaib. Sang nenck heran sekali. Api, rusa panggang dan segala benda yang dimiliki pemuda-pemuda itu turut lenyap tak berbekas. Oh, Jubato, ampuni mereka lindungi kami semua." la mendekap erat hewan kcsayangannya. Kemudian bergegas pulang ke bantang. Sesampainya di bantang ia memanggil cucunya. Sang cucu menyambuat dengan gembira. “Oo, Nek kamae kitok namu io?” tanya sang cucu. (Oh, Nek, dimana nenek menemukannya). "Ka baroh bukit saboh," ujar Nenek. (Di lereng bukit Saboh) Kemudian ia menceritakan peristiwa yang dialaminya di tempat ia menemukan kucing hutan itu. Sang Nenek dan cucunya yakin bahwa hewan yang bersama mereka selama ini bukan sekedar kucing liar tapi hewan itu merupakan ucik karamat (kucing keramat). Mereka memelihara kucing itu dengan baik. Hingga saat ini masyarakat di sekitar bukit Saboh dan Padagi tidak pernah mengganggu kucing. Mereka selalu menyayangi kucing dan memeliharanya dengan baik. SELESAI DITUTURKAN OLEII: Nek Amuk bin Usur cucu Nek Nyabukng. NILAI PENDIDIKAN KARAKTER Dari cerita yang berjudul ucik Karamat terdapat beberapa nilai pendidikan karakter yang dapat diajarkan dan digunakan dalam pembinaan dan pengembangan pendidlkan karakter pada generasi muda saat ini. Nilai pendidikan karakter yang terdapat pada cerita di atas adalah Disiplin, kerja keras, sikap saleh, iman dan takwa, rasa sykur. dapat menghormati sang pencipta dan sesama ciptaan Tuhan, kewaspadaan. cekatan, empati, rendah hati, mau berbagi. mandiri, kerajinan, kepedulian, ketaatan, saling menyayangi (kasih sayang). bertanggung jawab, kewaspadaan. keberanian, kehati-hatian, keingintahuan, perhatian. kemanusiaan, inisiatif. PESAN MORAL Pesan moral dari cerita tersebut adalah: Manusia harus menghargai Sang Pencipta, mengandalkan-Nya dalam setiap berusaha. Manusia harus bekerja dan tidak mudah putus asa agar kebutuhan hidupnya dapat terpenuhi. Manusia diajarkan untuk patuh, menghargai, menyayangi dan menaruh rasa hormat kepada orangtua. Manusia harus menjaga adab, adat dan marwah budaya bangsa. Manusia diajarkan untuk selalu rendah hati dan saling menyayangi sesama makhluk ciptaan Tuhan
Tambahkan Komentar
Komentar : 0