Cerita

Bariakak

Sinopsis

Kisah ini menceritakan kehidupan sepasang suami istri dan putri mereka, Andaro, yang hidup di zaman di mana manusia hanya mengandalkan berburu dan meramu untuk bertahan hidup. Andaro, gadis cantik dan berbakti, sering menemani kedua orang tuanya mengumpulkan makanan dari hutan. Tanpa disadari, keindahan dan kebaikan hati Andaro menarik perhatian Bariakak, makhluk gaib berupa ular berkaki empat, yang diam-diam mengamatinya sejak kecil.

cover cerita
Judul Cerita Bariakak
Penulis -
Ilustrator -
Penerbit -
Tahun Terbit -
Bahasa -
Umur Pembaca -

Bariakak

Menurut ceritera nene '-nene (leluhur) kita, kehidupan di alam dahulu ini sangat nyaman. Dalam mencukupi kebutuhan hidupnya saat itu manusia hanya berburu di hutan belantara dan meramu berbagai jenis tumbuhan yang bisa dimakan. Saat itu manusia belum mengenal ba-umo batahutn (berladang jenis padi tahun). Mereka hanya berladang kecil-kecilan di rompo (hutan semak), untuk menanam umbi-umbian, sayuran, sirih dan lain-lain yang bibitnya mereka ambil dari hutan. Ne' Ido (mereka) masih makan kulat (jamur), sagu dari pohon ano (aren), ketela rambat (teo), keladi, daun-daun hutan, buah-buahan dari hutan, daging dari hasil bcrburu didarat, sungai maupun laut. Peralatan mereka pada saat itu terbuat dari bayukug (batu yang diasah tajam). boekng (tonıbak) yang tcrbuat dari pohon nibukng, sumpadoh (sumpit). Pada zaman itu ada scpasang suami istri yang dikaruniai seorang anak perempuan yang sangat cantik. Mereka memanggilnya Andaro. Dia adalah seorang anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya. Setiap hari Andaro selalu ikut membantu kedua orang tuanya mengumpulkan bahan makanan dari hutan. Andaro dan kedua orang tuanya selalu menyusuri hutan rimba di lereng gunung untuk berburu dan meramu. Mereka tidak menyadari bahwa salah satu penghuni hutan rimba itü sudah bertahun-tahun mengamati mereka. Hal itu dilakukan penghuni hutan itu sejak Andaro masih kecil, hingga Andaro tumbuh menjadi gadis yang cantik. Penghuni hutan itu berwujud bariakak (ular berkaki empat). Rupanya kecantikan dan kebaikan hati Andaro telah memikat hati bariakak dan makhluk gaib di hutan itu. Keinginan mercka untuk membawa Andaro ke dunianya semakin lama semakin besar. Bariakak berpikir keras unluk mendapatkan Andaro. "Apa Yang harus kuperbuat untuk mendapatkan gadis itu? Bagaimana pun aku harus mendapatkan gadis itu!" ucapnya bertekad dałam hati. Pada saat itu lereng gunung merupakan udas (hutan rimba), yang memiliki banyak tanjakan dan batu - batu yang berukuran sangat besar. Di balik bongkahan batu besar itulah, Bariakak selalu mengamati Andaro dan kedua orang tuanya pada saat lewat, untuk mencari rotan dan bahan makanan dihutan. Kadang kala Bariakak melilitkan tubuhnya di sebuah pohon untuk mengamati aktifitas anak manusia di hutan itu. Andaro dan kedua orang tuanya tidak pernah menyadari keberadaan makhluk itu. Di tengah perjalanan, mereka berhenti di bawah air terjun, untuk menyegarkan tubuh. Mereka pun membersihkan tubuh dan menghilangkan rasa lelah. Dipetiknya sehelai daun yang berukuran lebar untuk mengambil air minum, Saat itulah Sang ibu menjerit, melihat ada Barakiak di belakang Andaro. Sang ayah dengan sigap melompat ke arah anak semata wayangnya untuk memberi perlindungan, Andaro penasaran, kemudian ia melihat ke belakang, dan ia sangat terkejut melihat seekor ular besar berkaki empat, Andaro sangat panik berlari kencang ke arah air terjun. "Byuuuurrr, ” Andaro terjatuh di pemandian, di bawah air terjun. Sang Ayah masih menghadapi makhluk itu dengan waspada tidak ada tanda– tanda bahwa makhluk itu akan mengadakan perlawanan. Pandangannya tertuju ke aralı keberadaan Andaro. Sepertinya yang ia tuju satu–satunya hanya Andaro. Sementara sang ibu sibuk memanggil Andaro yang sedari tadi tidak muncul ke permukaan air. Tiba - tiba makhluk itu berbicara. “Hei manusia! Jangan takut, aku menginginkan putrimu. Aku tidak akan nıenyakiti kalian”. Kedua orang tua Andaro saling berpandangan. Mereka sangat heran, karena ternyata makhluk yang ada di hadapannya bisa berbicara seperti manusia. Mereka hanya diam tidak berani bersuara. Terdengar lagi Makhluk itu berbicara. “Serahkanlah anakmu untuk ke alamku. Kami tidak akan menyakitinya. Justru kami akan melindungi kalian dan anak cucu kalian. Tapi jika kalian tidak menurut permintaanku, aku tidak bisa menjamin keselamatan kalian dari makhluk lain yang sejenisku”. “Apa yang bangsamu lakukan terhadap kami.” Sang ayah memberanikan diri untuk berbicara. “Bangsa kami juga seperti bangsa kalian, ada yang baik dan ada yang jahat. Yang baik akan menolong kalian, dan yang jahat akan mengganggu manusia” Jawab Makhluk itu. Kemudian sang ayah bergerak ke arah pemandian. Ia memanggil-manggil putri tercintanya, ia hendak terjun ke pemandian tersebut. Namun makhluk itu melarangnya. “Percuma kalian membawanya pulang. Karena jiwanya sudah kubawa.” Makhluk itu memberitahukan keadaan Andaro kepada kedua orang tuanya. Kedua orang tua Andaro diam membisu, Mereka seperti dua orang tawanan yang tidak bisa berbuat apa-apa, karena rasa takut dan bingung. Kedua orang tua Andaro berseru memanggil putri satu-satunya. Berulang kali mereka berseru memanggil anaknya, Tapi tak ada jawaban. Andaro raib begitu saja bersama raibnya makhluk itu. Mereka sangat sedih, Di raihnya Ojol (keranjang dayak) yang berisi barang bawaan Andaro, Tiba-tiba kabut putih berasal dari tempat di mana Andaro terjatuh melayang-layang naik ke permukaan air. Benda itu melayang-layang terus ke atas kemudian berhenti di puncak gunung. Bersamaan dengan itu pula Barakiak pun menghilang. Kedua orang tua mencoba menuruni air pemandian. Mencoba mencari tubuh Andaro di setiap sisi dan dasarnya. Hingga menjelang malam kedua orang tua Andaro masih termangu di tepi pemandian. Mereka masih berharap anaknya akan kembali. Hati dan perasaan keduanya dirundung rasa duka yang sangat dalam. Keduanya terus memandang ke arah air tempat di mana anaknya terjatuh, kemudian sekali-kali ke arah puncak gunung. Mereka duduk di atas batu besar, masih berharap keajaiban akan membawa Andaro kembali ke pangkuan mereka. Saking lelahnya mereka tertidur di hutan itu. Keduanya tersadar saat mendengar banyak suara orang hiruk pikuk orang-orang memanggil ayah dan ibu Andaro disertai suara gong bertalu-talu dan lolongan anjing. Dung, dung, dung, Pak Darooooo, mak daroooooo .... Gukk, gukk, gukk. Rupanya para penghuni Bantang menyadari bahwa masih ada dua orang penghuni bantang yang belum pulang hingga jauh malam. Oleh karenanya mereka berinisiatif mencarinya bersama-sama. Keberadaan anjing-anjing yang mereka miliki juga sangat membantu pencarian. Akhirnya para penghuni bantang menemukan kedua orangtua Andaro. Mcreka mengadakan pencarian terhadap tubuh Andaro hingga pagi hari. Mereka sangat senang, kedua orangtua Andaro merasa bersyukur karena akhimya para penghuni bantang yang lain dapat menemukan keberadaannya. Kemudian kedua orangtua Andaro menceritakan peristiwa yang mereka alami. Semua orang menaruh bela sungkawa atas peristiwa yang menimpa Andaro. Siang harinya seluruh penghuni bantang itu berkumpul untuk mengadakan ritual adat di tempat munculnya Bariakak dan raibnya Andaro, di lereng gunung. Usai mengadakan ritual mereka masih terus mencoba menyebar menyusuri setiap tempat di sekitar lereng bukit itu, Karena rasa kasihan dan turut berbelasungkawa yang dalam, kedua orangtua Andaro disuruh beristirahat dan menenangkan diri di tempat semula. Usaha pencarian itu dilakukan hingga sore hari. Menjelang senja, semua penghuni bantang yang berada di tempat itu berkumpul untuk beristirahat, Di saat semuanya beristirahat, tiba-tiba terdengar bunyi dedaunan kering yang terinjak-injak, ”sreekkk, sreeekkk”, Tampak berjalan ke arah puncak gunung. Karena saking takutnya bcbcrapa orang hampir jatuh pingsan. Beberapa saat kcrnudian, tiba-tiba gumpalan kabut tampak melayang turun dari arah puncak gunung. Gumpalan kabut itu berputar-putar di atas mereka, tiba-tiba terdengar suara yang tidak lagi di telinga mereka. “Ayah, ibu, pulanglah. Hari sudah mulai gelap. Jagalah diri kalian baik-baik. Jika merindukan aku, datanglah ke tempat ini. Lihatlah kabut-kabut yang menyelimuti puncak gunung dari tempat ini. Aku ada di antaranya”. Setelah itu kabut itu tampak bergerak perlahan seperti akan menjauh dari mereka. Sang ibu berlari mendekati kabut itu. la menyentuhnya perlahan. Disentuhkannya seluruh jari-jari tangannya pada benda itu. Sejuknya terasa ke seluruh tubuh sang Ibu. Kemudian sang ayah pun menyusul untuk melakukan hal yang sama. Orang-orang yang hadir pun merasa penasaran dan melakukan hal yang serupa. Mereka yakin, bahwa kabut putih itu adalah wujud lain dari Andaro. Mereka sangat yakin bahwa yang ada di hadapannya adalah lain dari Andaro. Tiba-tiba gumpalan kabut itu raib tak berbekas. Kini mereka semakin yakin bahwa Bariakak merupakan penunggu gunung, dan Andaro sudah dibawah ke alam lain untuk turut menjaga puncak gunung dengan wujud awan dan kabut putih. Sebenamya sudah lama mereka mendengar cerita tentang Bariakak (ular besar berkaki empat) yang menguasai hutan dan gunung di lereng-lereng gunung di tempat itu. Tapi baru sekarang mereka yakin tentang keberadaan makhluk itu, setelah melihat langsung. Hingga saat ini banyak orang mempercayai tentang munculnya kabut putih di puncak dan lereng Gunung saat orang membuka ladang berarti pertanda baik. biasanya kabut itu menampakkan diri kepada orang-orang yang masih satu klan dengan dirinya. Sesekali ia menemui orang-orang yang rajin berladang dan berhati mulia. SELESAI SUMBER CERITA: Kinah anak Usup cucu Nyabukng NILAI PENDIDIKAN KARAKTER Dari cerita yang berjudul Bariakak terdapat beberapa nilai pendidikan karakter yang dapat diajarkan dan digunakan dalam pembinaan dan pengembangan pendidikan karakter pada generasi muda saat ini. Nilai pendidikan karakter yang terdapat pada cerita di atas diantaranya solidaritas, kasih sayang, berbakti pada orang tua, menjaga kebersihan, bergaya hidup sehat, kerja keras, kewaspadaan, cekatan, empati, rendah hati, mau berbagi, menghormati, bertanggung jawab, berani, inisiatif, kreatif dan inovatif. PESAN MORAL Pesan moral dari cerita tersebut adalah: Manusia harus bekerja agar kebutuhan hidupnya dapat terpenuhi Manusia harus Inemupuk rasa solidaritas, kcbcrsamaan dan rasa persatuan antar sesama manusia Manusia diajarkan untuk patuh, menghargai, menyayangi dan menaruh rasa hormat kepada orangtua. Manusia harus mencari solusi terhadap masalah yang terjadi, dan tidak putus asa Manusia harus menjaga keseimbangan alam dan turut melestarikan lingkungan alam